Powered By Blogger

Minggu, 20 Februari 2011

CINTA DALAM ISLAM

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari dirikamu sendiri, supaya kamu  merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa cinta dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum : 21).
Dari ayat di atas begitu sucinya cinta sehingga Allah menyebutnya sebagai anugerah-Nya yang diberikan kepada manusia. Istimewanya lagi dalam ayat Allah menyebut kata tentram (kedamaian) sebelum kata cinta. Ini artinya bahwa cinta dan kedamaian tidak dapat dipisahkan. Cinta membawa kita pada kedamaian dan kedamaian bisa kita temukan dengan cinta.
Cinta yang membawa kedamain ini adalah cinta sejati yang proporsional. Artinya, tidak semua cinta sejati membawa kedamaian tapi sebaliknya, cinta bisa membawa malapetaka. Yaitu cinta yang salah sasaran (obyek cinta) atau cinta yang salah takar (kadar cinta). Untuk lebih jelasnya, perhatikan firman Allah yang artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
“katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu  khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada allah dan rasulnya dan berjihad dijalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah,24)
QS. Al Baqarah, 165 menerangkan bahwa ada sebagian orang yang emncintai sembahan-sembahannya selain Allah. Inilah salah satu contoh cinta yang salah sasaran, yang membawa pada kemusyrikan dan malapetaka.
QS. At-Taubah,24 menerangkan bahwa Allah mengancam orang-orang yang mencintai keluarga dan harta bendanya melebihi cinta mereka kepada Allah dan rosul-Nya dan menyindir mereka dengan subutan fasik. Mereka tidak salah karena mencintai keluarga dan harta benda, tapi mereka salah dalam memberikan kadar cinta. Cinta seperti ini terancam malapetaka.kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” Imam Al Bukhari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar